Wednesday, 1 February 2012

Kasus dalam Pelatihan : Membangun Sikap Kerja Positif

Novi, arsitek pengembangan bisnis yang sangat disegani di kantornya. Muda, energik, cemerlang idenya dan siap memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Libur bersama keluarga kadang siap dikorbankan apabila perusahaan membutuhkan. Perjalanan dinas kemanapun dalam rangka pengembangan bisnis perusahaan siap dijalankan.
Berbagai tugas, laporan, rencana aksi korporasi, studi kelayakan selalu diselesaikan tepat waktu. Pimpinan, rekan kerja dan mitra usaha sangat terkesan dengan kapasitas dan profesionalisme yang Novi tunjukkan selama bertugas.
Sayang, itu cerita itu adalah cerita Novi tiga tahun yang lalu. Tahun-tahun penuh prestasi bagi Novi. Pujian, penghargaan, promosi telah ia dapatkan. Novi sekarang sangat berbeda. Novi sekarang adalah Novi yang sering ijin tidak masuk karena urusan keluarga atau sakit. Novi sekarang adalah Novi yang on time departure dimana saat jam kerja kantor selesai tepat di jam 17:00, Novi langsung menghilang. Libur Sabtu dan Minggu tidak bisa diganggu.
Perjalanan dinas lebih sering menolak dengan berbagai alasan. Tugas sering terlambat diserahkan dan hasil pekerjaan pun penuh perbaikan yang terlambat pula diselesaikan. Novi telah berubah.
Salah satu atasan yang bekerja langsung dengan Novi pernah menanyakan kondisi tersebut. Sang atasan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan diri Novi. Prestasi yang semakin menurun, semangat kerja yang meredup dan tugas-tugas yang menjadi terlambat diselesaikan. Selama ini atasan telah memberikan banyak kepercayaan dan kesempatan. Namun sekarang, atasan takut memberi tugas karena tidak yakin bahwa pekerjaan tersebut akan selesai tepat waktu.
Novi mengungkapkan bahwa ia mulai dilanda kebosanan. Baik terhadap lingkungan kerja maupun pekerjaan yang dilakoni setiap hari. Ditambah lagi dengan kondisi fisik yang menurun karena beberapa penyakit serius yang dideritanya. Satu lagi yang dia rasakan adalah kesepian. Diusia yang sudah diatas kepala 3, Novi belum menemukan pasangan hidup.
Kebosanan yang dia rasakan timbul karena tugas lebih terasa sebagai rutinitas. Suasana kantor begitu-begitu saja tanpa perubahan. Sang atasan mencoba memahami kondisi Novi. Tapi sayang, lingkup tanggungjawab dan wewenang atasan terbatas pada profesionalisme di kantor. Novi harus bangkit dengan caranya sendiri.
Novi yang cemerlang saat ini redup prestasinya karena alasan pribadi. Sulit bagi pimpinan untuk mengobarkan semangat Novi lagi. Novi harus bangkit dengan caranya sendiri. Banyak masalah pribadi yang kalau tidak dikelola dengan baik akan merugikan karir Anda. Pasangan yang tak kunjung datang, anak yang butuh perhatian di rumah, orangtua sakit keras dan lain-lain.
Kebutuhan tiap individu berbeda. Kemampuan tiap individu untuk memenuhi kebutuhan juga berbeda. Dalam hal ini yang paling penting adalah Anda harus mampu untuk menempatkan prioritas dalam hidup ini. Masalah belum menemukan pasangan hidup tidak harus menghalangi Anda menekuni pekerjaan.
Anda bisa terus berupaya menemukan pasangan yang tepat, dan juga berprestasi dalam karir. Kedua hal yang harus Anda upayakan untuk selalu berjalan beriringan dan tidak saling menghambat. Salah satu cara yang dapat ditempuh misalnya : Novi dapat mengembangkan wilayah pekerjaan seluas mungkin, sehingga jejaring pertemanan semakin banyak.
Lalu kabarkan dengan cara yang terhormat bahwa ia adalah seorang lajang dan memiliki potensi baik karir maupun kepribadian yang menarik. Berikan kesempatan lapang bagi pribadi-pribadi lain yang ingin mengenal Novi lebih dekat dengan baik. Jadikan pencarian pasangan hidup sebagai bagian dari motivasi kerja dan bukan malah menjadi penghalang dalam meraih kesuksesan.
Untuk menjadi karyawan nomor satu di kantor, Anda tidak perlu mengorbankan kehidupan pribadi dan keluarga Anda. Kuncinya justru bagaimana Anda mampu mengelola masalah pribadi dengan baik sehingga tidak mengacaukan kehidupan karir Anda yang masih sangat menjanjikan.

Sumber : dari sini

No comments:

Post a Comment